Era Music Digital

Selama ini dunia recording alias rekaman memang identik dengan kemewahan. Peralatan canggih dan modal banyak menjadi persyaratan mutlak untuk membangun studio dengan kemampuan bagus. Belum lagi, proses perawatan piranti-piranti tersebut yang membutuhkan biaya dalam jumlah yang tidak sedikit. Tidak heran, banyak orang menjadi enggan berkecimpung di dunia ini.

Tapi sekarang, seiring dengan berkembangnya teknologi digital, anggapan bahwa ‘recording hanya milik orang berduit dapat dipatahkan. Dengan modal relatif kecil, kita juga bisa memaksimalkan karya kita. Studio bukan lagi mutlak berupa ruangan berdinding kedap suara, dipenuhi peralatan band komplit, dan setumpukan rak-rak berisi alat-alat raksasa dengan ratusan kenop dan gulungan kabel. Ya, sekarang –bahkan- kamar tidur Anda pun bisa menjadi sebuah studio pribadi!

Semua kemudahan ini berawal dari ditemukannya teknologi MIDI (Music Instrument Digital Interface) pada tahun 1981 oleh Dave Smith. MIDI merupakan sebuah perangkat digital untuk pertukaran data musik. Dengan adanya teknologi MIDI ini, instrumen elektrik/digital bisa saling bertukar data. Sengan kata lain, kita dapat memainkan berbagai instrumen tanpa harus memiliki peralatan tersebut. Berangkat dari teknologi MIDI tersebut, proses rekaman sebuah band tidak lagi mutlak harus menggunakan alat-alat musik ‘nyata’. Drum, gitar, efek gitar, bahkan orkestra pun bisa digantikan oleh MIDI.

Nah, selain MIDI, perkembangan software juga turut mempengaruhi kemudahan piranti-piranti studio. Tumpukan rak-rak efek atau mixer yang biasa dijumpai dalam studio-studio dapat tergantikan oleh perangkat lunak yang tersimpan dalam sebuah PC atau laptop saja! Sekalipun perkembangan teknologi sudah sangat membantu meminimalkan modal yang akan kita keluarkan untuk melakukan rekaman, tentu saja ada beberapa alat-alat wajib yang harus kita miliki. Berikut adalah beberapa DAW (Digital Audio Workstation) yang wajib ada dalam sebuah home studio:

1. PC/ Laptop
Ini adalah syarat mutlak untuk ‘bermain-main’ dengan home recording. Karena dapat dikatakan bahwa sumber teknologi, efek-efek, jenis suara, dan pengerjaan recording, semuanya tersimpan dalam piranti ini. Operating System (OS) yang digunakan bisa antara Macintosh atau Windows. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Macintosh dinilai sebagi OS yang paling ideal dalam stabilitas audionya, namun kekurangannya adalah kesulitan dalam mencari software-software tambahan yang compatible (sesuai). Satu lagi, OS Macintosh juga tidak mungkin terjangkit virus-virus yang dapat membahayakan keselamatan data-data Anda. Sedangkan Windows, lebih umum dan mudah mendapatkan software-software recording, sekalipun sebenarnya rawan virus dan tidak memiliki stabilitas audio sebagus Mac. Untuk memory, idealnya 1 GB yang paling aman dan sesuai dengan berbagai software recording.



2. Software Recording
Saat ini, software recording yang cukup umum di khalayak masyarakat adalah Cubase, Nuendo, dan juga Pro tools. Sedikit catatan, software-software tersebut harganya cenderung ‘tidak terjangkau’, karena itu banyak juga yang menggunakan versi bajakannya. Versi bajakan memang cenderung bermasalah (sering error), tapi masih cukup ‘layak’ digunakan, mengingat perbandingan harganya dengan versi original yang bisa mencapai seratus kali lipatnya. (Bayangkan, Nuendo bajakan harganya sekitar seratus ribu rupiah, sedangkan versi asli bisa mencapai lima belas juta rupiah!) Pemilihan antara Pro Tools maupun Nuendo juga tergantung selera. Pro Tools dikenal terbagus dalam kualitas take audio, sedangkan Cubase maupun Nuendo lebih dikenal ideal dalam proses mixing.

3. Converter/ Soundcard
Umumnya, setiap PC/ Laptop pasti sudah dilengkapi dengan soundcard internal. Sebenarnya soundcard bawaan tersebut sudah dapat digunakan, namun masih kurang ideal, karena akan banyak menjumpai latency (keterlambatan). Karena itulah diperlukan soundcard eksternal atau yang biasa disebut converter oleh para pelaku digital recording. Merk dan jenis converter yang dipilih bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan budget. Jika keperluannya hanya untuk bermain MIDI, converter dengan dua output juga sudah cukup. Merk yang biasa ditemui adalah EMU (Creative), Presonus Audiobox, Presonus Inspire, M-Audio. Converter-converter ini ada yang terhubung menggunakan port USB maupun fire wire.

4. MIDI Controller
MIDI Controller yang sering dijumpai adalah keyboard. Karena itu, bagi para pelaku musik digital, khususnya yang suka bermain MIDI, paling tidak harus menguasai instrumen keyboard (sekalipun dia adalah seorang gitaris atau bahkan drummer). Fungsi MIDI Controller murni hanya sebagai alat untuk pertukaran data (seperti keyboard pada komputer yang digunakan untuk mengetik). Merk untuk MIDI Controller yang biasa dijumpai adalah M-Audio dengan type Keyrig, Oxygen, maupun Axiom. Range tutsnya juga bervariasi mulai dari 25, 49, 61, hingga 88.

5. Headphone
Headphone di sini berfungsi untuk memonitor hasil recording kita. Sangat berguna misalnya saat kita ingin take vokal, sambil mendengarkan panduan pola musik yang sudah kita aransemen. Dengan menggunakan headphone, musik akan terdengar lebih fokus. Harga headphone juga bervariasi, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Philip SHP-250 merupakan pilihan yang cukup oke dengan harga yang juga cukup terjangkau.

6. Monitor Speaker
Fungsi Monitor Speaker juga mirip dengan headphone, untuk memonitor hasil recording kita. Hanya saja, fungsi dari monitor speaker ini cenderung lebih optimal untuk proses mixing, di mana kepekaan hasil suara yang keluar dari kiri dan kanan (panning), sangatlah diperlukan. Contoh Monitor yang cukup berkualitas dan terjangkau adalah Near.

7. Microphone
Microphone merupakan piranti penting khususnya untuk take audio, seperti vokal, maupaun instrumen akustik non elektrik, seperti gitar, biola, dan masih banyak lagi. Pada dasarnya, ada dua jenis microphone yang paling dikenal, yaitu Dynamic dan Condenser. Mic Dynamic, yang lebih terjangkau harganya, memiliki sensitivitas lebih rendah dibanding dengan Mic Condenser. Karena itu, jika take audio dilakukan di ruang dengan akustik minimalis seperti di kamar, Dynamic Microphone sudah cukup. Shure dan AKG merupakan beberapa merk yang cukup ideal untuk Microphone.

8. VST (Virtual Studio Technology)
VST ini merupakan instrumen virtual, yaitu sumber yang menghasilkan suara-suara berbagai jenis alat musik mulai dari gitar, efek gitar, drum, biola, keyboard, dan masih banyak lagi. Jadi, semakin banyak perbendaharaan VST yang Anda miliki, semakin kaya jenis suara alat musik yang dapat Anda ‘mainkan.’ Cara mendapatkannya? Sudah banyak website yang menyediakan jasa mengunduh alias download.

Secara pribadi, beberapa merk yang telah disebutkan di atas bukanlah ketentuan mutlak kualitas sebuah karya. Karena yang terpenting bukanlah alat yang mahal dan canggih, melainkan kreativitas kita dalam menghasilkan sebuah karya. Sekali lagi, semua disesuaikan dengan budget yang kita miliki. Biar bagaimanapun, proses recording bukan pengerjaan yang tidak membutuhkan biaya sama sekali. Tapi paling tidak, dengan perkembangan era digital ini, recording bukan menjadi sesuat yang tidak mungkin terjangkau. Bayangkan saja, dengan biaya kurang dari lima juta (minus biaya untuk komputer, karena dianggap sudah menjadi teknologi umum), kita sudah bisa membangun sebuah studio sendiri. Lokasinya? Kamar tidur juga sudah cukup. Nyaman, inspiratif, dan tentu saja, tidak keluar biaya konstruksi lagi!